Pengertian penalaran deduktif.
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang
kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
Beberapa jenis penalaran deduksi
dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
a.
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan kategorial
adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan
premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut
premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term
minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah bijaksana.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai
penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme
diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak
terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat
diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai
berikut.
a) Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term
mayor
= Xantipe.
Term minor
= harus giat berlatih.
Term penengah
= atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi
salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar,
menempel di dinding, dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak
dapat ditarik kesimpulan.
b) Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c) Dua premis
yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Bilah salah
satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e) Dari premis
yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh:
f)
Dari dua
premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila salah
satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h) Dari premis
mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membernarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak
anteseden, simpulan juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan
memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi
tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
c.
Silogisme Alterntif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau
premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau
profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau
profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
d.
Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan.
Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena
premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali
adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen.
Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.
1.