Aspek
Ekonomi, Politik , Seni Dan Religiusitasnya: Negara Italy , Jepang,Jerman
Hubungan Internasional Pasca Perjanjian Westphalia
Tak dapat dipungkiri, Perjanjian Westphalia berperan sangat besar dalam dunia
hubungan internasional. Walau sesungguhnya hubungan internasional itu sendiri
telah dilakukan jauh sebelum Perjanjian Westphalia lahir, namun, peran
Perjanjian Westphalia yang salah satunya adalah melahirkan konsep negara
teritorial, tetap hingga saat ini luar biasa peranannya dalam dunia
internasional. Terhitung sejak lahirnya Perjanjian Westphalia, perkembangan
dunia hubungan internasional sendiri khusunya, terus bergerak semakin cepat.
Kedaulatan negara diakui, kepentingan nasional mendasari interaksi demi
interaksi antar negara. Karena sifat dasar manusia yang cenderung tidak pernah
puas, kepentingan nasional negara mulai beralih kepada keinginan untuk
menguasai dan bukan dikuasai. Pada abad ke-17, kolonialisme mulai marak
dilakukan khususnya oleh negara-negara bangsa Eropa. Kolonialisme berlangsung
semakin tidak terkendali, sehingga hubungan internasional yang terjadi antar
negara-negara waktu itu ialah identik tentang peperangan dan perdamaian. Hal
ini kemudian terus berlanjut, dan mencapai puncaknya pada Perang Dunia 1 dan 2.
Perang
Dunia, Perang Dingin, dan Hubungan Internasional
Perang Dunia mengambil peran penting dalam sejarah perkembangan hubungan
internasional. Hal ini dikarenakan, perang dunia dapat dikatakan sebagai akibat
dari sistem kolonialisme. Selain itu, perang dunia juga turut mengambil bagian
dalam munculnya istilah nasionalisme, serta bagaimana kemudian hal tersebut
menjadi salah satu dari beberapa unsur penting dalam Ilmu Hubungan
Internasional.
Meletusnya Perang Dunia I diawali dengan terbunuhnya Pangeran Ferdinand dari
Austria, yang kemudian terus berujung hingga perang. Perang tersebut
terselesaikan setelah adanya perjanjian Versailles. Tetapi, perjanjian tersebut
tidaklah benar-benar menyelesaikan konflik yang ada melainkan justru membuat
masalah baru. Perjanjian Versailles sepenuhnya berisi hal-hal yang merugikan
Jerman. Negara Jerman diharuskan menanggung seluruh kerugian akibat perang
tersebut, selain itu kekuatan militernya pun dibatasi. Tidak ada perkembangan
ekonomi bagi Jerman. Krisis inilah yang akhirnya membuat rakyat Jerman sadar
akan sebuah nasionalisme. Hal tersebut tidak hanya dirasa oleh Jerman, karena
trauma pasca perang juga dialami oleh berbagai negara di dunia. Politik ekstrim
yang timbul membuat negara Jerman, Jepang dan Italia condong pada paham
fasisme. Di Jerman, pemimpin semangat nasionalisme ini adalah Adolf Hittler.
Paham fasisme muncul di Italia oleh Benito Mussolini dan di Jepang oleh
Hirohito. Ketiga negara tersebut membentuk sebuah blok, blok timur, yang berujung
lagi pada perang raksasa, Perang Dunia II.
Jerman dengan semangat nasionalismenya yang dipimpin oleh Adolf Hittler menolak
keras perjanjian Versailes karena dianggap merugikan negara Jerman. Gerakan
nasionalisme Jerman disebut Nazi. Target pertama Jerman adalah Polandia yang
diserang pada tahun 1939. Akibatnya, meletuslah Perang Dunia II yang jauh lebih
besar daripada Perang Dunia I. Perang Dunia II merupakan perang yang melibatkan
2 aliansi, yaitu: blok timur dan blok barat. Blok timur terdiri dari Jerman,
Italia dan Jepang. Sedangkan blok barat terdiri dari tentara sekutu yaitu
Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Perang Dunia II berakhir setelah Jepang
menyerah pada Amerika Serikat pada tanggal 14 Agustus 1945.
Berakhirnya Perang Dunia II, memunculkan fenomena baru yaitu, negara super
power. Negara tersebut adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara
tersebut berperan sangat penting dalam menjalankan kekuatan dunia dan
stabilitas dunia. Keduanya sama-sama berebut untuk menjadi yang paling unggul
di dunia internasional. Dengan kekuatan yang sangat kuat, Amerika Serikat
dengan paham liberalismenya dan Uni Soviet dengan paham komunismenya, menjadi
pusat utama kekuatan dunia. Konflik yang terjadi pada Amerika Serikat dan Uni
Soviet ini berujung pada Perang Dingin. Berakhirnya Perang Dingin ditandai
dengan banyaknya negara yang memisahkan diri dari Uni Soviet, yang kemudian
membuat Uni Soviet pun mengalami kegagalan sistem politik. Paham Komunisme oleh
Uni Soviet dianggap tidak dapat memajukan sistem kapitalisme. Dengan hancurnya
Uni Soviet maka sistem kapitalisme pun berkembang pesat dan Amerika Serikat
berdiri sebagai negara super power satu-satunya.
Ketiga peristiwa bersejarah ini membawa dampak luar biasa dalam hubungan
internasional. Baik Perang Dunia, maupun Perang Dingin, Keduanya sama-sama
berperan dalam perkembangan Ilmu Hubungan Internasional yang saat ini
dipelajari oleh penstudi. Salah satu hal yang paling nampak dipengaruhi oleh
Perang Dunia dan Perang Dingin ialah, nasionalisme. Pasca Perang Dunia dan
Perang Dingin, nasionalisme makin akrab tertangkap oleh telinga dan terdengar.
Nasionalisme menjadi isu yang dibahas dimana-mana, lebih lagi semenjak Nazi
melakukan pembantaian luar biasa terhadap kaum Yahudi atas alasan nasionalisme.
Setelah Perang Dunia II berakhir, semangat nasionalisme terus tumbuh, khususnya
di negara-negara terjajah, yang kemudian mendorong banyak negara di Asia dan
Afrika untuk merdeka.
Peristiwa 11
September 2011
Beberapa dekade kemudian, kestabilan dunia kembali terancam setelah pada 11
September 2001, terjadi pengeboman gedung WTC di Amerika Serikat oleh kelompok
teroris asal Iraq, al-Qaeda. Penyerangan terhadap Amerika Serikat tersebut
diduga didorong oleh kebencian pelaku kepada Amerika Serikat, lantaran Amerika
Serikat hadir sebagai pihak yang membantu Israel. Peristiwa pengeboman itu
kemudian menjadi alasan untuk Amerika Serikat kembali mengibarkan bendera
perang dan melakukan penyerangan terhadap Iraq. Selain bahwa peristiwa ini
memakan ribuan korban, faktor bahwa Amerika Serikat merupakan negara super
power, juga membuat peristiwa ini kemudian menjadi kajian menarik dalam Ilmu
Hubungan Internasional. Peristiwa penyerangan terhadap Amerika Serikat ini
kemudian kembali mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan perang secara
terbuka dengan Iraq, dengan kemudian mengirimkan pasukan bersenjata ke Iraq,
yang pasca berakhirnya Perang Dingin dan lahirnya PBB, hampir dapat dikatakan
sudah sangat minim terjadi.
Pergerakan Sistem
Internasional
Setelah
berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1989 dan diikuti dengan runtuhnya
komunisme di Eropa Timur sekaligus jatuhnya USSR (Union Soviet of Socialist
Republics) pada tahun 1991, tidak bisa dilepaskan bahwa hal-hal tersebut
berdampak pada munculnya beberapa pergolakan dan perubahan yang berujung pada
terbentuknya suatu sistem internasional baru dunia. Namun, ini tidak berarti
sistem internasional yg baru tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang
sudah ada dan sudah terjadi sebelumnya. Sistem internasional yang baru
sesungguhnya terbentuk dari interaksi antara apa yang ada dan terjadi sekarang
dengan apa yang terjadi di masa lampau serta antara warisan sejarah yang
problematik dengan kekuatan-kekuatan baru yang mulai muncul (Cox, 2001).
Seperti misalnya Amerika Serikat yang tetap menjadi negara super power walaupun
telah melewati berbagai fase dan periode pergolakan dunia, Eropa yang masih
sama seperti sebelumnya masih dilanda krisis integrasi, dan sebagainya.
Dengan
runtuhnya komunisme, dinamika baru bagi sistem internasional yakni
berkembangnya kapitalisme, kembali muncul. Sebelumnya, ketika komunisme masih
ada, komunisme dianggap sebagai penghalang kapitalis, dan kapitalisme
terbatasi oleh jangkauan geografi karena adanya negara-negara penganut komunis.
Di era geo-ekonomi sekarang ini, perubahan karakter sistem politik dan ekonomi
internasional maupun domestik tidak terelakkan (Cox, 2001). Hal ini dapat
dilihat selama Perang Dingin politik di negara-negara barat selalu berkaitan dengan
hubungan negara-negara tersebut dengan Uni Soviet. Namun setelah Perang Dingin
berakhir dan diiringi dengan jatuhnya USSR, fokus negara-negara tersebut
beralih ke ekonomi global dunia dan bagaimana mereka dapat bertahan dan
berhasil di dalamnya.
Selain
berkembangnya kapitalisme, pembaharuan hegemoni Amerika Serikat juga menjadi
dinamika baru setelah berakhirnya Perang Dingin dan jatuhnya USSR. Berkembang
pesatnya ekonomi yang berkepanjangan di Amerika Serikat dan structural power
yang dimiliki oleh Amerika Serikat membuat negara ini menjadi negara adidaya
dan kunci dari politik dunia (Cox, 2001). Structural power yang dimaksud disini
adalah aspek-aspek fundamental yang memperkuat negara. Kekuatan militer dan
kekuatan ekonomi yang bila dikombinasikan bisa menjadi suatu kekuatan yang
besar, sumber daya manusia yang berkualitas serta kekuatan mata uang dollar
adalah aspek-aspek yang memperkuat Amerika Serikat. Amerika serikat dengan
pengaruh kuatnya sering berperan seperti wasit dalam berbagai konflik internasional
seperti misalnya mendesak negara-negara yang sedang berkonflik untuk melakukan
perjanjian. Hal ini dapat dilihat dari turut andilnya Amerika Serikat dalam
usaha negosiasi 2 petinggi Korea, yakni Korea Selatan dan Korea Utara pada
tahun 2000 setelah selama hampir 50 tahun terjadinya perang dingin antara 2
pihak tersebut.
Sementara
Amerika Serikat semakin berjaya dengan posisinya, di lain pihak post-communist
Rusia berjuang mengatasi krisis yang dialaminya sejak pecah dan runtuhnya USSR.
Kegagalan Russia dalam transisi sistem dalam negerinya pasca pecahnya USSR dan
jatuhnya komunisme merupakan hal - hal yang menyebabkan semakin melemahnya
kekuatan dan pengaruh Russia bagi dunia internasional. Hal ini berketerbalikan
dengan apa yang terjadi di China. China yang dikenal juga sebagai salah satu
negara komunis semakin berkembang dan maju dalam sistem perekonomian dunia. Hal
ini dikarenakan China berhasil dalam sistem perekonomiannya yang
mengkombinasikan komunisme dan kapitalisme. China berubah menjadi saingan baru
Amerika Serikat dan menjadi fokus dari policy-makers Amerika Serikat.
Dinamika
baru hubungan internasional pasca Perang Dingin tidak hanya tentang hegemoni
Amerika Serikat dan kemajuan China. Di akhir Perang Dingin ternyata
menghasilkan hasil yang kontradiksi di negara-negara yang belum berkembang.
Adanya gap yang luas antara negara-negara kaya di belahan bumi utara dengan
negara-negara miskin di belahan bumi selatan menjadi kontradiksi di dinamika
hubungan internasional pasca Perang Dingin. Perkembangan yang tidak merata di
bidang ekonomi dapat memunculkan berbagai permasalahan baru seperti contohnya
masyarakat miskin dapat melakukan pergerakan yang ditujukan pada negara-negara
maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat melalui aksi terorisme.
Peristiwa di
Masa Lampau dan Pengaruhnya
Berbagai pergolakan internasional yang ada diatas berimplikasi pada
perubahan-perubahan dalam tatanan dan sistem internasional. Perubahan-perubahan
ini merupakan suatu dinamika yang mengembangkan hubungan internasional itu
sendiri. Hubungan yang berwujud perang, kerjasama dengan beraliansi, dan
sebagainya merupakan fenomena-fenomena dalam hubungan internasional, yang terus
berkembang seiring berjalannya waktu dan keadaan.. Hubungan internasional
semakin berkembang tidak lagi hanya berbicara mengenai masalah politik dan
keamanan, tetapi juga tentang ekonomi, HAM, lingkungan, bahkan hal-hal radikal
seperti teroris. Bahwa dewasa ini, Ilmu Hubungan Internasional, mengkaji
hal-hal yang tak hanya tentang perdamaian dan perang, bahkan terus meluas,
adalah karena perkembangan jaman dan perubahan kebutuhan masyarakat sebagai
bagian dari dunia itu sendiri. Peristiwa-peristiwa seperti Perang Dunia, Perang
Dingin, dan Serangan 11 September 2001, selalu membawa pelajaran dan hal baru
bagi pengkaji studi Ilmu Hubungan Internasional. Bahwa perkembangan dunia ini
sifatnya dinamis, dan akan terus bergerak dan berubah, maka adalah penting
untuk mengkaji peristiwa-peristiwa yang terjadi di tingkat internasional, untuk
mengetahui perkembangan dan apa yang harus dilakukan untuk akhirnya mencapai
perdamaian abadi bagi seluruh negara di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar